Selasa, 08 Desember 2009

Be a Full Time Mother or Carrier Woman

Gara-gara tadi pagi nulis status di FB tentang keinginan memanjakan diri (hal yg jarang aku lakukan) jadi kepikiran buat nulis lagi di blog ini. Comment Mbak Wahyu dan obrolan dg Mbak Niken via chat room yg nanyain tentang enak mana jadi nyonya rumah aja alias Full Time Mother (FTM)atau wanita karir alias Full Carrier Woman (FCW). Menurutku sih semua masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya. Dan aku udah pernah ngalamin semuanya, jadi FTM maupun FCW. Dan sekarang aku di posisi ganda, sbg ibu rumah tangga yg merangkap karier (walopun cuman bantu2 hubby mengelola bisnis kami)
Terkadang pada saat sbg FTM ngalamin rasa jenuh, ngurusin anak2 dan suami aja gak ada habis2nya dan sepertinya gak bisa actualisasi diri dan secara finansial hanya tergantung dari penghasilan suami. Tapi aku bisa full deket dengan anak2, bisa ngelihat perkembangan mereka hari demi hari. Sedang di saat sbg FCW juga ada rasa jenuh dan stress dengan kerjaan di kantor, begitu pulang ada penyeimbang/obatnya dengan bercengkerama bersama anak2 dan hubby. Tapi seringnya waktu bersama mereka sangat minim karena waktu sehari full di luar rumah,pulang udah capek sehingga kadang gak kuat lama2 bercanda dg anak2 dan esok paginya sudah harus siap2 berangkat kerja lagi. Tapi secara finansial aku punya penghasilan dan gak tergantung sama hubby (bahkan dulu gak terlalu pusing kalo dikasih info sama hubby klo salary hubby blm bisa ditransfer krn mesti buat nalangin proyek dulu saat Hubby masih kerja di Waskita Karya krn salaryku udah bisa buat kebutuhan kami pada waktu itu dan aku juga gak masalah penghasilanku dipake buat keluarga, walopun sebenernya itu hak perempuan sendiri krn suami yg punya kewajiban utk cari nafkah)

Posisi sekarang ini mungkin yg paling enak yaa. Posisi ganda sebagai house wife dan carrier woman,karena masih bisa deket dengan anak2 tapi juga bisa actualisasi diri (itulah untungnya punya kantor di rumah). Kalo masalah capek ya capek, stress ya stress juga. Ngurusin urusan bisnis juga ngurusin anak2 dan rumah tangga. Apalagi kalo mikirin beban bisnis yg mesti lancar cash flow nya (sering dimarahin hubby ttg ini padahal aku gak pernah digaji lhoo...enak aja ya... sementara kalo ambil dana utk rmh tangga statusnya gaji hubby...hehehehe)Udah gitu sampai rumah denger anak2 ribut berantem (maklum masih pada krucil2) anak2 ngerengek minta ini itu, trus mesti mikirin sekolah mereka, anak2 udah dijemput apa belum, lagi ulangan apa enggak,bukunya udah lengkap apa belom udah gitu mikirin stock susu anak2 masih cukup apa sdh habis, mau masak apa utk makan anak2, hubby, dan karyawan. Belanja keperluan rumah tangga, tagihan listrik, koneksi internet, tagihan telp dan HP, kartu kredit, dll. Hmm...bejibun yaa...Emang kadang stress dan jenuh banget, tp dlm kondisi seperti itu aku coba ambil sisi positif atau positif thinking aja. Mumpung anak2 masih mau ngerecokin atau deket dg kita, mumpung masih diberi kekuatan dan kesempatan oleh Allah SWT.
Sepertinya waktu habis, gak ada waktu lagi utk diri sendiri.

Pernah satu saat dulu ngobrol dengan Ida via chatting, bahas tentang waktu utk diri sendiri, menurut dia kita harus prepare wkt utk diri sendiri sebagai reward atas apa yg sdh kita kerjakan. Jadi kita bisa nyeneng2in diri atau manjain diri. Ada saat dimana kita gak lagi mikirin anak2, suami, rumah tangga, kerjaan, pokoknya free time enjoying to ourself deh...
Nah..kayaknya ini yg jarang kepikir olehku. Mungkin sebenernya itu bagus utk kita ya...biar gak stress, gak jenuh, gak pusing dengan segala rutinitas yg ada dan segala permasalahan yg harus dijalani.

Kembali lagi masalah peranku sekarang ini. Masih ada obsesi dimana aku pengen punya bisnis/penghasilan sendiri yg gak perlu keluar rumah terlalu sering syukur2 bisa di rumah aja dan gak menyita wkt terlalu lama dan fleksibel. Mungkin business online yg paling cocok yaa. (udah dimulai dari dulu siih..tp blm terlalu konsent atau diseriusin jd ya blm ada hasil).Makanya pengen serius lagi siih...tapi sayang laptop habis dicuri orang..kayaknya mesti beli lagi yg kecil yg bisa dibawa kemana2 yg bisa langsung kerja dimanapun kita berada di waktu senggang (bahkan sambil nunggu anak di sekolah). Hmm...mesti nabung dulu deh kayaknya...(kalau lgs mau ambil dana yg ada pasti dimarahin "Boss" deh...dan bakal diingetin lagi cash flow yg mesti dijaga...iyaa...iyaa...ngerti koq...hehehehe)

Jadi kesimpulannya, apapun peran perempuan (istri dan ibu) dlm rumah tangga dan hidupnya semua adalah pilihan, baik sbg FTM, FCW, atau peran ganda rumah tangga dan karier. Apapun keputusannya harus dijalani dan disyukuri. Semua ada kelebihan dan kekurangannya. So...Be a Full Time Mother or Full Carrier Woman or Combination House wife and carrier....Up To You....

Sabtu, 14 Februari 2009

LULUS DARI UJIAN ATAU AZAB - SIKAP SABAR DAN SYUKUR

Copast dari: www.wisatahati.com (Ustadz A. Rochimi, MA)

Marilah kita memanjatkan syukur atas segala nikmat dan rahmat yang diberikan Allah kepada kita dan marilah kita menyadari bahwa Allah SWT yang menciptakan kita , senantiasa memperhatikan kita serta menguji sepanjang hidup kita agar semakin menjadi manusia yang menyadari dirinya sebagai hamba-Nya, bisa mendudukan diri di hadapan majikan Yang Maha Besar, Allah Azza Wajalla. Dengan begitu kita selalu memberikan kepatuhan secara totalitas kepada Allah SWT, selalu menyesuaikan diri dengan semua tuntunan-Nya atau dengan kata lain, senantiasa meningkatkan taqwa kepada-Nya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an :

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai Cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.
(QS. Al-Anbiyaa [21]:35)

Ujian yang diberikan Allah kepada kita bukan hanya berupa hal-hal yang menyusahkan, tapi juga berupa hal-hal yang menggembirakan atau membahagiakan. Ujian dari Allah SWT bukan hanya berupa musibah atau Azab (malapetaka) sebagaimana pada umumnya di pahami orang, tetapi juga bisa berupa kesenangan, kesuksesan dalam berbagai hal, seperti perolehan rezeki yang cukup, memiliki kesehatan badan, penguasaan ilmu pengetahuan yang tinggi, memperoleh kekuasaan dan kedudukan duniawi, baik dilingkungan rumah tangga, masyarakat atau Negara dan bangsa, dan lain-lain sebagainya.

Memang ada dua macam fenomena dalam kehidupan yang selalu silih berganti menghampiri kita masing-masing :
Yang Pertama, persoalan-persoalan: Hutang yang sulit dilunasi, Piutang yang sulit ditagih, Penyakit yang ingin sembuh, Belum memiliki pekerjaan, usaha, anak, atau jodoh, Bermasalah dalam karir, usaha, rumah tangga, kekurangan atau kegagalan untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Sedangkan Yang Kedua, kondisi dimana kita merasakan kepuasan, keuntungan, kecukupan atau keberhasilan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup kita. Tidak ada orang yang terus menerus merasakan kebahagian. Sekali waktu pasti ia akan merasakan susah, sekali waktu pasti akan merasakan kebahagiaan.

Allahu rabbul ‘alaminmengingatkan bahwa kedua macam kondisi atau dua macam fenomena kehidupan tersebut adalah wujud dari ujian Allah kepada kita semua. Kita harus lulus ketika menghadapi dan menemui kedua macam bentuk ujian tersebut. Apa tanda kelulusan dari kedua macam tersebut? Sabar dan Syukur tanda kelulusan dari ujian Allah SWT.

Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Bijaksana menuntun agar kita bersikap Sabar ketika diuji dengan berbagai musibah serta azab (malapetaka) dan sikap syukur ketika diuji dengan berbagai kenikmatan dan kesenangan, seperti dinyatakan dalam berbagai ayat antara lain surah Al Baqarah :

155.Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. 156.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[Artinya: Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali. kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil. 157. mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS. Al Baqarah [2]:155-157).

Juga surah Al Mulk, ayat 1 dan 2 :

Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al Mulk [67]:1-2)

Sabar menurut Ulama adalah “ Atthabata ‘alaa halqi fii ayyi zaman” tetap teguh tidak bergeming dan tidak menyimpang dari kebenaran dalam kondisi bagaimanapun. Orang yang sabar, mengatasi problem yang dihadapi , ia tetap menahan diri dari berbuat penyimpangan dari kebenaran yang diajarkan Allah seperti, ia tidak akan menimpakan kesalahan kepada orang lain atas kondisi yang ia hadapi, tidak mencari-cari kesalahan orang lain seperti menipu, mencuri, korupsi, manipulasi, menonjolkan hak dirinya tanpa menghargai dan memahami hak orang lain. Itu semua adalah manifestasi dari sikap tidak sabar dan putus asa.
Sementara syukur berarti sadar dan yakin bahwa segala nikmat yang dimiliki bersumber dari kemurahan Allah SWT ia adalah amanat dan titipan Allah, lalu memanfatkannya serta menyalurkannya untuk kemasalahatn dan kemanfaatannya masyarakat, jauh dari sikap egois dan ketergantungan kepada hal-hal duniawi yang ia nikmati itu.
Orang yang sabar ketika menghadapi ujian berbagai musibah akan dilimpahi kesejahteraan dan rahmat serta bimbingan dari Allah untuk segera keluar dari kemelut hidup yang dihadapi. Sementara orang yang bersyukur ketika menemui ujian berupa berbagai kesenangan dan nikmat akan ditambahi dan dilipatgandakan kenikmatannya oleh Allah SWT, seperti janji-Nya :

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
(QS. Ibrahim [7]: 14).

Bagi orang mukmin, semua kejadian dan kondisi kehidupan yang dia temui harus dianggap sebagai batu ujian untuk selanjutnya dikelola sebagai pengingat dan motivator agar selalu menempuh jalan hak. Bagi orang yang tidak bisa menjadikan segala kejadian –baik atau buruk- sebagai pendorong untuk istiqamah, konsisten dalam kebenaran dan beramal shaleh, berarti ia tidak sabar atau tidak syukur. Ia bisa jadi juga disebut putus asa, suatu sikap yang hanya dimiliki orang kafir dan tidak layak menjadi sifat dan sikap orang mukmin.
Seorang mukmin, sikap dan prinship nya adalah seperti dinyatakan oleh Rasulullah SAW bersabda:

Alangkah menakjubkan perkara atau urusan orang mukmin, Allah SWT tidak menetapkan untuknya satu ketentuan (apapun) melainkan hal itu baik baginya. Ini tidak terjadi selain pada orang mukmin. Dan bila ia ditimpa kecukupan rezeki ia bersyukur dan itu baik baginya. Dan bila ia ditimpa kesempitan atau kesusahan ia bersabar dan itu baik baginya.

Bersyukur bila mendapat kenikmatan menjadikan orang itu tidak sombong dan lupa daratan. Hal itu akan menguntungkan bagi orang itu sendiri. Sementara sikap tabah dan sabar bila ditimpa musibah menyebabkan tidak memperpanjang penderitaan. Dan bila ia ditimpa kesempitan dan permasalahan ia bersabar dan itu baik baginya.
Marilah kita selalu mengembangkan sikap syukur dan sabar menghadapi liku-liku dan pasang surutnya kehidupan ini. Marilah kita gunakan semua peristiwa yang menimpa kita sebagai penguat iman kita. Jangan sampai hal itu justru melemahkan iman kita. Semoga Allah SWT mengabulkan keinginan-keinginan dan harapan serta ikhtiar kita. Amin

Wallahu A’lam Bis Shawab